Perbandingan jumlah keluarga miskin menurut Islam dan BPS di Jakarta


Pada postingan pertama kategori “belajar stata” kali ini, saya akan menghitung jumlah (persentase) keluarga yang termasuk katagori miskin dalam Islam dan BPS di daerah Jakarta pada tahun 2009. Saya mengambil jakarta karena statusnya sebagai pusat perekonomian di Indonesia sekaligus sebagai Ibu kota negara dengan APBD 2009 nya sebesar Rp 22,42 Triliun. Anggaran yang cukup fantastis untuk daerah seluas 661,52 km2 . Mendengar kata pusat perekonomian, kita akan menganggap bahwa masyarakat yang hidup di daerah itu akan sejahtera secara ekonomi. Arti sejahtera berarti berada di atas garis kemiskinan dan dapat memenuhi kebutuhannya sehari hari. Harapannya dengan penghitungan ini, hasil olah data semoga sesuai dengan keadaan ril nya.

Sebelum itu kita harus mengetahui terlebih dahulu indikator kemiskinan baik dalam Islam maupun BPS (Badan Pusat Statistik).

Dalam segi ekonomi, Islam mendefinisikan kaum miskin dengan ketidakmampuan mereka membayar zakat sekali dalam setahun. Adapu syarat membayar zakat adalah harta telah sampai nisab dan haul-nya. Sebagai contoh, jika kita men-qiyas-kan harta dengan emas, maka batas nisab nya adalah 85 gram emas. Artinya, apabila harta nya yang senilai 85 gram emas itu telah genap berusia setahun, maka ia wajib berzakat karena ia telah bebas dari kemiskinan. Harga 1 gram emas pada 2009  adalah Rp. 364.500. Berarti Rp.364.500 x 85 gram =  Rp 30.982.500. Dalam satu tahun ada dua belas bulan (Rp 30.982.500 / 12 = Rp 2.581.875). Artinya, orang yang telah mencapai batas konsumsi Rp 2.581.875 dalam sebulan, ia diharuskan membayar zakat.

Asumsikan dalam satu keluarga hanya terdiri dari dua orang (suami dan istri). Maka batas jumlah konsumsi minimum dikenakan zakat apabila mencapai Rp 2.581.875 x 2 =  Rp 5.163.750 . Jika konsumsi keluarga kurang dari Rp 5.163.750 dalam 1 bulan, maka ia tidak wajib membayar zakat karena termasuk miskin.

Bagaimana dengan standar kemiskinan versi BPS.? Pada maret 2009 lalu BPS menetapkan Garis kemiskinan sebesar Rp200.262 per kapita perbulan. Angka ini naik sebesar 9,65% dari garis kemiskinan Maret 2008 sebesar Rp182.636. Dengan asumsi keluarga terdiri dari dua orang, maka keluarga dalam kategori adalah mereka yang konsumsi perbulannya tidak lebih dari Rp200.262 x 2 = Rp400.524

Dalam penghitungan jumlah keluarga miskin di DKI jakarta ini, saya memakai data kor09rt.dta dari Susenas 2009 yang diolah dengan software Stata v.10. Untuk olah data dengan ukuran besar seperti data sensus, Stata memank ahli dalam hal ini.

Baiklah, kita langsung saja membuka core file rt susenas2009 dengan software stata yang sudah terinstal di laptop / PC .

  • Gambar 1 adalah tampilan window Stata v.10 yang aktif. Terlihat di pojok kiri bawah beberapa variabel dalam data kor09rt.dta

gambar 1

  • Untuk melihat data, tuliskan di kolom command br” (tanpa tanda kutip). Maka akan muncul tampilan berikut (gambar 2).

gambar 2

  • Nah, karena dalam penghitungan keluarga miskin ini kita hanya butuh dua variable (b1r1/kode provinsi dan b7r25/jumlah pengeluaran rumah tangga per bulan), maka kita akan menghapus variable lain. Tuliskan kembali di kolom command keep b1r1 b7r25”. Maka akan muncul tampilan dibawah ini (gambar 3). Lihat di kolom pojok kiri bawah, variable yang tersisa hanya variable yang kita butuhkan tadi.

gambar 3

  • Karena kita hanya ingin mengambil data RT di provinsi jakarta saja, kita hapus data daerah lain. Tuliskan di kolom command keep if b1r1==31” (kode 31 adalah kode provinsi Jakarta). Jika berhasil, maka data selain data Jakarta akan terhapus (gambar 4)

gambar 4

  • Untuk mengetahui jumlah observasi, ketik “summarize b7r25”. Akan muncul gambar berikut (gambar 5).

gambar 5

  • Gambar diatas menunjukkan jumlah observasi yaitu 6832. Artinya, ada 6832 sample rumah tangga yang mewakili seluruh jumlah keluarga di daerah DKI jaya.
  • Sekarang kita akan mencari sample RT yang konsumsinya kurang dari Rp.5.163.750 per bulannya, dengan mengetik “summarize b7r25 if(b7r25 <=5163750)” di kolom command. Maka akan muncul gambar berikut (gambar 6).

gambar 6

  • 5779 dari 6832 observasi mengkonsumsi kurang dari Rp.5.163.750 per bulannya menurut gambar diatas. Artinya, 84.5% dari seluruh keluarga yang ada di jakarta berada di bawah garis kemiskinan. Hal ini sangat kontras dengan standar yang ditetapkan BPS.
  • Ketikkan “summarize b7r25 if(b7r25 <=400524)” di kolom command, maka akan muncul gambar dibawah ini (gambar 7).

gambar 7

  •  4 dari 6832 observasi mengkonsumsi kurang dari Rp.400.524 per bulannya menurut gambar diatas. Artinya, 0.000585 dari seluruh keluarga di jakarta berada di bawah garis kemiskinan menurut BPS. Tapi nampaknya hasil yang terakhir ini sangat tidak logis jika kita melihat ketimpangan yang terjadi di jakarta.

Setelah running data kor09rt.dta, kita telaah lebih dalam tampaknya terjadi perbedaan yang sangat berbeda antara penghitungan kemiskinan dalam Islam dan penghitungan dalam BPS. Sekilas kita melihat bahwa perhitungan kemiskinan dalam Islam lebih dapat mencerminkan keadaan ril kesenjangan ekonomi di jakarta. Dan secara jelas kita melihat standar kemiskinan versi BPS terlalu rendah untuk diterapkan di jakarta. (Saya belum mendapatkan sumber lain tentang tentang standar kemiskinan di Jakarta).

Saya masih belajar otodidak tentang software ini. Masukan dan saran yang membangun dari para pembaca  sangat diharapkan.

One response to this post.

  1. Posted by fandi on September 4, 2015 at 8:46 am

    saya tertarik dengan pemikiran mas untuk membandingkan standar kemiskinan tersebut karena saat ini saya juga sedang mengerjakan skripsi dengan tema yang sama dan rencananya dgn aplikasi yang sama. cuma masih terkendala dengan datanta. jika boleh tau bagaimana cara mas mendapatkan data susenasnya? terim kasih

    Reply

Leave a comment